IKA ingin melamar ke satu program beasiswa, kelengkapan informasi adalah hal mutlak yang harus kita miliki. Setelah mengantongi semua informasi tentang beasiswa yang kita incar, maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan semua berkas pendaftaran.
Persyaratan administrasi standar untuk melamar beasiswa adalah formulir pendaftaran yang sudah diisi, fotokopi ijazah dan transkrip nilai yang sudah dilegalisasi dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, curriculum vitae (CV), pasfoto, dan fotokopi paspor. Selain dokumen tersebut, berikut adalah beberapa surat yang juga harus kita persiapkan ketika menyusun berkas lamaran beasiswa.
Surat rekomendasi
Kesaktian surat rekomendasi cukup berpengaruh dalam aplikasi beasiswa kita. Menurut salah satu anggota mailing list (milis) beasiswa, Ronald, surat rekomendasi yang ditulis di kertas berkepala surat (kop) universitas akan lebih berpengaruh bagi panitia seleksi.
“Posisi pemberi beasiswa juga termasuk hal yang penting, setidaknya ketua program studi/ketua jurusan; dan kalau bisa dekan fakultas. Lebih keren lagi kalau dapat surat rekomendasi dari rektor,” kata Ronald, seperti dinukil Okezone dari milis beasiswa Yahoo Groups,Kamis (23/8/2012).
Tetapi, Ronald mengimbuh, ada juga pemberi beasiswa yang mensyaratkan surat rekomendasi sesuai format yang mereka persiapkan di formulir tersendiri. Urusan surat rekomendasi ini gampang-gampang susah. Ronald menyebutnya “tricky”. Pasalnya, kata Ronald, kita harus mempersiapkan beberapa surat rekomendasi untuk beberapa perguruan tinggi dan program beasiswa yang berbeda.
“Untuk menyiasatinya, mintalah surat rekomendasi yang isinya umum, dengan kop surat universitas; dan minta beberapa buah,” sarannya.
Ronald juga punya trik lain, yakni memindai (scan) surat rekomendasi, kemudian mencetaknya berwarna untuk diserahkan dalam aplikasi beasiswa/universitas. “Jika pemberi beasiswa meminta surat yang asli, baru kita serahkan,” ujar Ronald.
Poin lain yang perlu diperhatikan ketika meminta surat rekomendasi adalah mencantumkan nomor telepon dan email profesor atau dosen yang memberi rekomendasi di surat rekomendasi tersebut.
Surat nominasi
Selain surat rekomendasi, beberapa beasiswa ada yang meminta surat nominasi. Surat ini dikeluarkan universitas yang dituju sebagai prasyarat mengajukan beasiswa. Dalam surat ini diterangkan kualitas unik/khusus pelamar dan program beasiswa yang dituju si pelamar.
“Kalau universitas yang dituju tidak memberikan surat nominasi ini, artinya si pelamar tidak bisa mendaftar ke beasiswa yang dia inginkan, dan dia harus mencari beasiswa yang lain,” tutur Ronald menerangkan.
Letter of Acceptance
Surat penerimaan (letter of acceptance) menjelaskan bahwa suatu perguruan tinggi telah menerima kita sebagai calon mahasiswa di kampus tersebut. Dalam beasiswa studi berbasis riset, letter of acceptance bisa juga diberikan oleh seorang profesor yang mau menerima kita di laboratorium yang dipimpinnya.
Sertifikat tes kemampuan
Para pelamar beasiswa wajib melampirkan sertifikat berbagai tes kemampuan, terutama kemampuan berbahasa asing. Misalnya, sertifikat kemampuan berbahasa Inggris yang sering dipakai adalah Test Of English as Foreign Language (TOEFL) atau International English Language Testing System (IELTS). Biasanya, syarat minimal skor TOEFL adalah 550 dan IELTS 6.5.
Selain bahasa Inggris, ada juga beasiswa yang mensyaratkan sertifikat kemampuan bahasa ibu di negara yang dituju, misalnya bahasa Jepang dan Jerman.
Tes kemampuan lainnya yang harus dipenuhi adalah Test Potensi Akademik
(TPA). Dalam versi internasional, TPA dikenal sebagai Graduate
Record Examinations (GRE) dan Graduate Management Admission Test (GMAT). GMAT biasanya digunakan sebagai bagian persyaratan mendaftar S-2 ke bidang bisnis.
Personal essay
Sebagai pelamar beasiswa, kita juga harus membuat sebuah esai yang bercerita tentang diri, studi S-1, dan motivasi kita melamar beasiswa tersebut.
Ronald menyarankan, esai ini harus menghubungkan latar belakang studi dan
pekerjaan saat ini dengan rencana studi S-2, karier, dan visi ke depan dari
pelamar. Menurutnya, esai ini menjadi salah satu faktor penentu. Bahkan, bisa dibilang lebih penting dari IPK.
“Kalau IPK, TOEFL dan nilai-nilai test yang lain bisa dibilang tidak akan banyak berubah, maka esai ini selalu bisa direvisi berkali-kali. Jadi, alokasikanlah waktu yang banyak untuk esai ini dan mintalah ke teman yang jago bahasa Inggris untuk proof read esai kita,” tuturnya menyarankan. (rfa).
Sumber: Okezone